Sabtu, 26 Maret 2011

Kisah Bunda Ifet tentang Slank dan Narkoba

Slank, bunda Ifet, dan Deputi Pencegahan KPK Eko S Tjiptadi foto bersama usai memberikan dukungan terhadap KPK untuk tetap menjalankan tugasnya memberantas korupsi di kantor KPK, Jakarta, Senin (4/5). TEMPO/Adri Irianto
TEMPO Interaktif, Jakarta – Manajer Kelompok musik Slank, Bunda Ifet punya cerita tentang pengguna narkotika dan obat berbahaya di kelompok itu. Ia menceritakan pengalaman Bimbim dan Kaka, dua musisi kelompok Slank.
“Dia (Bimbim) pendiam, suka di rumah. Daripadaanak saya di rumah saya memperbolehkan mereka berekreasi,” kata Bunda Ifet diskusi “Narkoba dan Artis” Forum Dot di  Langsat, Jakarta Rabu (16/3) malam.
Sikap pendiam Bimbim membuat Bunda Ifet menyadari ada perubahan dari anaknya. Saat itu, Bimbim kuliah. “Tiba-tiba minta berhenti,” katanya. Bunda Ifet menanyakan apakah Bimbim sanggup tak kuliah. “Dan saya bolehkan dia keluar sekolah. Lalu saya tahu dia kena narkoba.”
Bunda Ifet mengatakan pengguna narkotika harus dibantu, tak bisa sendirian menyelesaikannya. Para pengguna tak boleh dimarahi, tapi perlu diajak hidup sehat. “Supaya dia sadar. Karena dia musisi, setiap tour dia lupa, waktu diajalan,dia lupa semua,” kata dia. Ia mengisahkan saat berjalan-jalan bersama Bimbim di Jalan Sudirman. Bimbim bertanya nama-nama gedung di sepanjang Jalan Sudirman karena lupa.
Kaka, musisi Slank lainnya, kata Bunda Ifet, pernah menggunakan sabu. Kaka pernah dari Pasar Minggu lari lompat ke Pagar Potlot. “Saya tanya kenapa? Katanya dikejar polisi. Dia parno (paranoid).”
Sehabis show, kata Bunda Ifet, anggota kelompok Slank sering tidak keluar kamar. Mereka akan keluar setelah ada pertunjukan lagi. “Kaka itu dulu biasanya kalau abis nyabu nyoret-nyoret sprei kamar hotel,” kata dia.
Bahkan, kata Bunda Ifet, saat anggota Slank itu di penjara, mereka tetap bisa mengkonsumsinya. Mereka tetap minta kepada Bunda Ifet melalui telepon. "Kok bole? kata saya. Kata mereka, apa sih yang gak ada di penjara?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar